Syariat
ternyata tidak harus di pahami secara literal. Tidak harus di
mengerti secara harfiah. Kita harus bisa memahami makna yang ada di
balik yang tampak. Kemudian di amalkan untuk kehidupan nyata. Dalam
saresehan para Wali, di jelaskan bahwa pengamalan syariat itu di
maksudkan untuk dapat hidup dengan budi pekerti yang baik. Karena
itu, dalam beragama seseorang harus terus menerus meningkatkan
kualitas akhlaknya atau budi pekertinya. Bermula menjadi orang
muslim, lalu meningkat menjadi mukmin, dan akhirnya menjadi orang
yang mutakin [ber-takwa].
Syariat
di maksudkan untuk membangun kepribadian muslim. Karena itu orang
yang mengamalkan syariat itu harus bisa menerapkannya dalam kehidupan
nyata.
- Meninggalkan Larangan Allah
Jelas
bahwa pengamalan nyata yang pertama dari syariat adalah meninggalkan
larangan Tuhan. Berbagai bentuk syariat yang ada di dalam rukun Islam
sebenarnya cara untuk mendisiplinkan diri. Untuk melatih diri. Untuk
kebugaran raga dan jiwa pelakunya. Tapi, tidak cukup berhenti sampai
disini. Ada tujuan yang perlu di tindak lanjuti! Yaitu, meninggalkan
larangan Tuhan. Apa yang dimaksud dengan larangan Tuhan? Ya semua
perbuatan dan tindakan yang merugikan atau menjalimi orang lain
maupun dirinya sendiri. Di antaranya, makan harta orang lain dengan
jalan batil. Menyakiti orang lain. Membunuh. Mabuk-mabukan, menipu,
menghasut atau memprovokasi. Mengingkari janji. Serakah.
- Melaksanakan Kebajikan atau Perbuatan Mulia
Antara
lain, niat yang baik. Saling menolong. Bertetangga yang baik.
Mengentaskan fakir dan miskin. Menciptakan lapangan kerja. Turut
serta membangun sarana umum, seperti sekolahan, rumah sakit, taman
rekreasi, taman bermain anak-anak, dan tempat ibadah. Termasuk dalam
perbuatan mulia adalah berbakti kepada orang tua dan guru. Tunduk
pada peraturan dan perundang-undangan negara. Dengan kata lain turut
serta dalam penegakan hukum di suatu negara. Ketika institusi untuk
mengatur kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara belum ada,
syariat dalam agama dapat di katakana sebagai institusi peƱata
kehidupan bersama. Nah, jika kesalehan dalam hidup ini sudah menjadi
bagian pelaksanaan syariat agama, maka selanjutnya kita tinggal
meningkatkan keimanan dan ketakwaan hidup ini. Meningkatkan
keikhlasan dan semangat hidup yang benar. Tanpa wujud nyata dalam
hidup ini, maka syariat hanyalah formalitas belaka!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar